Tatang Koswara: Gagal Kabur dari Secata, Sukses Jadi Sniper Ulung

TATANG KOSWARA GAGAL KABUR DARI SECATA, SUKSES JADI SNIPER ULUNG
Ilustrasi

majalahpandu.com – Menjadi penembak runduk atau populer disebut sniper dan dicatat dalam sejarah dunia tidak pernah terlintas di benak Habib Abdurrahman. Di kemudian hari Habib Abdurrahman, putra pasangan Abdurrahman, seorang anggota Brimob dan Arjenah ini, tersohor dengan nama Tatang Koswara.


Tatang Koswara, kelahiran 12 Desember 1946 adalah satu-satunya sniper asal Indonesia yang kemampuannya diakui dunia internasional. Ia masuk dalam buku karya Peter Brooke-smith: Sniper Training, Techniques and Weapon, yang terbit pada 2000. Namanya ada di dalam daftar 14 besar Sniper’s Roll of Honour di dunia.


Bagaimana perjalanan Tatang hingga menjadi sniper kelas dunia, diceritakan dengan menarik oleh A. Winardi dalam bukunya yang berjudul: Satu Peluru, Satu Musuh Jatuh. Majalah Pandu menukilnya untuk para pembaca sekalian:


Tatang Koswara menghabiskan masa kecilnya di Banten mengikuti ibunya yang telah menikah kembali setelah ayah kandungnya dianggap hilang dalam tugas. Ia menempuh pendidikan di Sekolah Rakyat. Seperti anak-anak pada umumnya, Tatang senang bermain di alam terbuka, namun ada sedikit yang membedakannya dengan teman-teman sebayanya. Di usia yang masih sangat muda Tatang sudah lihai berburu ikan di sungai dan berburu babi hutan dengan menggunakan senapan locok yang banyak diproduksi warga lokal.


Kelihaian Tatang menembak menggunakan senapan locok ia dapat dari ayah tirinya. Keterampilan dan keberaniannya juga diakui warga setempat, sehingga mereka tidak ragu untuk mengajaknya berburu meski masih anak-anak. Saat itu ada aturan di desa yang mengharuskan warga yang tidak berburu untuk menyerahkan seikat padi pada lurah. Akibatnya penduduk desa menjadi terbiasa masuk hutan dan menggunakan senapan untuk mencari mangsa.


Seringnya Tatang ikut berburu otomatis mengasah keahliannya menembak terutama untuk target jarak jauh. Ia juga kerap mencari alasan untuk tidak ikut dalam rombongan warga yang akan menyergap babi hutan karena ia lebih suka memilih lokasi dari jarak 30 meter. Alasannya, agar aman jika kawanan babi tiba-tiba berbalik arah saat dicegat warga. Bidikan Tatang tidak pernah meleset, tembakan selalu bersarang di kepala babi buruannya. Ia pun makin dikenal sebagai penembak jitu di kampungnya.